Kamis, 23 Desember 2010

’’Penyakit’’ Calon Penulis

Sahabat calon penulis, sebesar apa keinginan Anda untuk bisa menulis? Sangat besar bukan. Bahkan saat semangat-semangatnya ingin menulis, rasanya kepala ini mau meledak. Tidur pun rasanya sulit. Di pikiran, yang ada hanya bagaimana bisa menulis dan menulis. Benar begitu kan?

Tapi, perasaan hati dan suasana pikiran yang demikian itu justru malah menjadi tanda-tanda Anda mau kena ’’penyakit’’. Apalagi sampai berjam-jam tak kunjung ada karya yang dihasilkan. Yang ada hanya tengok sana sini, keluar masuk kamar, uthek-uthek laptop, lalu sedikit garuk-garuk kepala.

Ada tiga ’’penyakit’’ calon penulis jika sudah ada tanda-tanda seperti itu. Pertama, punya keinginan besar menulis tapi tidak punya ide mau menulis apa. Kedua, sudah punya ide namun tak bisa memulai menulis. Dan, ketiga; sudah punya ide, lalu bisa memulai, tapi terhenti di tengah jalan.

Dalam minggu ini, kita bahas dulu mengobati ’’penyakit’’ pertama. Ini sekaligus menyambung pertanyaan Saudari Ratri Savitri via email setelah saya kirimi email beberapa contoh tulisan.

Menggali ide untuk menulis memang gampang-gampang susah. Persentasenya ya, 80-20. Namun ada beberapa kiat untuk menjawab 80 persen yang gampang itu adalah mengembalikan pada (1) aktualitas, (2) situasional, (3) hal-hal baru, dan (4) ketokohan.

Jika suntuk ide untuk menulis, perhatikan hal-hal apa yang aktual di sekitar kita. Aktual itu biasanya ditandai dengan; jadi perbincangan hangat, ada magnitude besar, dan menggugah emosional. Satu contoh, yang lagi aktual soal Piala Dunia, maka menulislah tentang itu.

Ada juga memperhatikan situasional. Misalnya, mendekati Hari Pahlawan, Hari Raya, Hari Natal, dan lain sebagainya yang bersifat situasional waktunya. Tulis pulalah hal-hal baru yang Anda ketahui. Itu merupakan ide yang bagus. Kemudian, ketokohan. Berangkatlah menulis dari seorang tokoh. Satu misal, presiden mengeluarkan kebijakan, respons kebijakan itu dalam bentuk tulisan.

Untuk membahas ’’penyakit-penyakit’’ lainnya kita bahas Kamis depan. Selamat mencoba mengatasi ’’penyakit’’ pertama ini. (khoirul anwar)

RUBRIK

AYO MENULIS

Kasih logo pengantar AYO MENULIS

’’Penyakit’’ Calon Penulis (2)

Apa yang ada dalam pikiran Anda, calon penulis, jika tak kunjung bisa memulai menulis? Padahal ide sudah cedut-cedut di ujung kepala. Yang pasti, stres bukan kepalang.

Satu kalimat jadi, langsung delete. Bahkan satu kata terketik, sudah pakai backspace untuk menghapus. Sedih bukan?

Tapi, itulah ’’penyakit’’ kedua seorang calon penulis. ’’Penyakit’’ ini biasa muncul jika sudah bisa mengobati penyakit pertama. Yakni, ingin bisa menulis, tapi tak punya ide.

Bagaimana mengobati ’’penyakit’’ ini? Pak Tik, salah satu guru SMAK Dempo, yang sangat tinggi kemauan belajarnya, SMS ke saya tentang problem ini. Sengaja tidak saya jawab SMS itu, maaf Pak Tik ya. Bukannya tak mau menjawab, tapi jawabnya tidak akan cukup jika lewat SMS. Makanya pesan pendek itu hanya saya jawab; Tunggu edisi minggu depan ya Pak Tik yang luar biasa.

Sulitnya memulai menulis sebenarnya dialami semua orang. Tak terkecuali wartwan yang memang setiap hari wajib menulis lima sampai enam topik. Kadang memulainya juga masih tidak bisa variatif. Sering kali terjebak bahasa-bahasa template dan klise.

Ada beberapa cara yang bisa dipakai untuk memecahkan kebuntuan Anda tersebut. Meski tidak serta merta harus demikian, tapi setidaknya, ada thoriqah yang mungkin bisa dilalui untuk menemukan jalan Anda sendiri dalam memulai menulis.

Pertama, coba mulailah dengan diskripsi dari apa yang Anda inginkan dan rasakan. Baik berupa realitas di depan Anda, pengalaman pribadi, atau bahkan bisa berupa diskripsi fiksi (tidak nyata).

Misalnya begini. Anda punya ide dan akan menulis tentang mahalnya biaya masuk sekolah. Anda bisa mulai menulis dengan cerita bagaimana kisah orang tua yang susah dan harus ditolak petugas pendaftaran berkali-kali. Dari sana, kita akan bawa pembaca tulisan Anda ke fokus ide tulisan yang akan diangkat.

Setelah, kita rasakan pembaca terbawa dengan tulisan itu, barulah Anda membawa opini tulisan tersebut sebebas-bebasnya sesuai dengan yang Anda inginkan.

Kedua, gunakan kalimat atau tak langsung seseorang tokoh. Kalimat tokoh tersebut Anda jadikan pijakan untuk memperkuat misi tulisan. (kh anwar/bersambung)

Untuk yang ketiga dan seterusnya, akan kita bahas Kamis depan. Semoga bermanfat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar